Judul :
Sunset
Bersama Rosie
Pengarang : Tere Liye
Penerbit : Mahaka
Tebal : 427 Hal
Tahun Terbit : 2011
Pengarang : Tere Liye
Penerbit : Mahaka
Tebal : 427 Hal
Tahun Terbit : 2011
Sunset bersama Rosie di novel ini menceritakan kebahagiaan dengan intensitas
yang tinggi, tanpa henti bagai mata air di kaki pegunungan yang memancar
deras. Sebuah keluarga yang dikaruniai 4 gadis luar biasa bak kembang di taman.
Anggrek, si sulung yang yang berusia 12 tahun. Parasnya mewarisi gurat ibunya,
Rosie. Keibuan dan bisa diandalkan. Rambutnya lurus tergerai. Senang mengisi
waktu dengan membaca buku. Selain hobi membaca, dia juga hobi menulis. Kritis
terhadap kejadian disekitarnya. Sakura, anak kedua Rosie dan Nathan, berumur 9
tahun. Pandai menguasai bahasa asing. Tak tanggung-tanggug, Sakura menguasai 4
bahasa sekaligus. Begitu talkactive.
Meski belum begitu faseh, namun Sakura dapat diandalkan. Otak kanan dan otak
kiri yang seimbang, yah sakura pandai bermain biola. Penggemar tokoh-tokoh
kartun Jepang sampai pakaiannya pun ia tiru. Jasmine, anak ketiga mereka,
umurnya baru 5 tahun. Yang ini paling pendiam dibanding yang lain. Meski
pendiam, ada saja tingkahnya yang membuat hati tersentuh, rasanya setiap
kalimat yang terlontar dari mulutnya begitu berharga. Jasmine piawai mengurus
Lili adiknya yang baru genap satu tahun. Dan Jasmine yang memilih untuk terus
merawat, menggendong dan menjaga lili. Lili, si bungsu yang cantik usianya baru
1 tahun. Umur segini, seorang balita lagi lucu-lucunya. Belajar berjalan, meski
tertatih.
Sungguh
kebahagiaan mereka begitu utuh, sebelum kejadian yang hanya 10 detik itu meluluhlantahkan
semuanya. hanya 10 detik sebelum akhirnya Bom Jimbaran itu meledak. Menyulap
kebahagiaan menjadi penderitaan yang memilukan. Tak mudah bangkit dari segala
keterpurukan, kehilangan sosok yang dicintai begitu merubah segala aspek
kehidupan. Disisi lain, seorang pemuda diujung sana, Tegar Karang menjadi
satu-satunya saksi atas kejadian bersejarah itu, kejadian yang merenggut semua
kebahagiaan itu. Menepis segala perasaan pribadi di masa lalu, berusaha merajut
kembali kebahagiaan keluarga itu. Tegar Karang dulu pernah mencintai Rosie, yang
juga sahabat kecilnya. Mendaki gunung bersama, melihat sunset bersama di puncak
gunung Rinjani, dan menghabiskan masa indah kanak-kanak bersama. Perasaan yang
dipendamnya hampir 20 tahun. Tak ada keberanian untuk megungkapkan perasaan
itu. Hingga suatu hari Tegar di dahulukan oleh orang lain. Yang tak lain
sahabatnya sendiri, yang juga mencintai Sekar hanya dalam kurun waktu dua
bulan. 20 puluh tahun melawan waktu yang hanya 2 bulan.
Pesan Cerita : Cinta bukan
berarti memiliki, disini kita akan mengerti makna cinta dengan pemahaman yang
berbeda. Dibungkus dengan nilai ketulusan yang tak mengenal apa itu
imbalan. Mungkin aku terlalu mencintai mereka, dan tidak pernah mengharapkan
apapun sebagai imblannya. Disini kita belajar, betapa indahnya memaafkan kesalahan
orang lain. Meski tidak mudah, meski begitu sulit, kebesaran dan kelapangan
jiwa adalah salah satu jalan untuk kembali hidup dengan kemuliaan, dengan
kebahagiaan. Belajar dari kepolosan, dan tingkah laku anak-anak yang
begitu menggemaskan. Mewarnai setiap jengkal kehidupan. Sungguh, salah
satu kebahagaiaan itu terletak pada wajah keceriaan anak-anak. Anak-anak yang
tanpa berdosa harus merasakan semua penderitaan ini.
Kelebihan
: Alur novel yang sulit ditebak, dan didukung
dengan latar kejadian yang membuat mata berkaca-kaca saat membacanya. Ada
haru, tawa, bahagia dan sedih diracik menjadi bumbu yang begitu istimewa
untuk dinikmati. Dan mengajarkan kita bahwa cinta sejati akan menemukan
jalannya. Jalan yang sudah terukir dalam suratan takdir-Nya. Sekuat apapun kita
berusaha, meskipun telah menyisakan sebuah kesempatan emas, tak akan pernah
bisa mengubah segalanya.